Surabaya - Suasana di SMA Negeri Kompleks Surabaya terlihat tidak
ada gejolak meski Mahkamah Kostitusi (MK) telah membubarkan predikat
Rintisian Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI).
Pantauan
detiksurabaya.com, Kamis (10/1/2013) pagi, di depan SMAN 1 dan 2, para
siswa tetap masuk sekolah seperti biasa. Di depan sekolah elit yang
biaya belajarnya gratis karena ditanggung APBD ini juga tetap terlihat
mobil-mobil milik siswa yang terparkir di Jalan Wijaya Kusuma.
Selain siswa mengemudikan sendiri, tak sedikit pula yang diantar dengan mobil yang dibawa sopir atau orangtuanya.
Di
depan SMAN 1 dan 2, berjejer beragam jenis mobil yang rata-rata jenis
sport kesukaan anak muda sekarang seperti Ford, Honda Jazz, Toyota
Yaris, Mazda, Toyota Vios, dan mobil jenis lainnya terparkir rapi di Jl
Wijaya Kusuma tepatnya di depan komples SMA RSBI yakni SMA Negeri 1 dan 2
Surabaya.
Mobil-mobil yang nomor polisinya beragam ada yang 4
digit, 3 digit hingga 2 digit berjejer rapi dan diatur oleh petugas
parkir. Para siswa yang membawa mobil ke sekolah itu bisa dibilang
beruntung dibanding mereka yang harus susah payah menumpang angkutan
kota.
"Tidak semua pakai mobil, ada pula yang nggenjot sepeda
angin kok," kata seorang guru di sekolah elit tersebut kepada
detiksurabaya.com.
Yang menarik lagi, ada pelajar yang terpaksa
harus izin gurunya meninggalkan sekolah bila sedang kebelet buang air.
Kabar yang diterima detiksurabaya.com, sang pelajar kadang harus ke mal
di sekitar sekolah untuk menyalurkan 'hajatnya'.
"Mungkin si pelajar itu tak cocok dengan kondisi kamar kecil di sekolah," kata sumber detiksurabaya.com.
Gaya
hidup pelajar sekolah yang kasat mata 'mewah' tersebut kadang memancing
perhatian mata pengendara jalan yang melintas. Bahkan nada sinis kadang
terucap.
"Masih sekolah aja sudah dibawain mobil, enak banget.
Kira-kira pekerjaan orangtuanya apa ya," kata seorang karyawan yang
mengaku bekerja di kawasan Ambengen saat ditemui sedang membeli maka di
sebuah rumah makan di depan sekolah favorit tersebut.
Bahkan
lebih sinis lagi, pelajar yang kaya itu semestinya sekolah di swasta
yang tidak dibiayai APBD. "Sekolah pakai mobil kok pemerintah menanggung
biaya belajarnya," kata dia gregeten.
Demikian pula kondisi di SMPN 1 di Jalan Pacar demikian. Hanya saja, mobil-mobil yang terlihat itu hanya mengantar saja.
Sebelumnya,
Walikota Tri Rismaharini terkesan mengabaikan keputusan MK yang
bersifat final itu. "Nggak ada pengaruhnya (Keputusan MK) di Surabaya,"
kata Tri Rismaharini kepada wartawan usai rapat paripurna di gedung DPRD
Surabaya, Jl Yos Sudarso, Rabu (9/1/2013).
Risma menegaskan
bahwa di Surabaya, RSBI/SBI digratiskan dan tidak menghilangkan
nilai-nilai jati diri bangsa. "Kalau ada yang minta (biaya), itu oknum,"
tuturnya.
MK berpendapat, walaupun terdapat perlakuan khusus
dengan memberikan beasiswa kepada anak-anak latar belakang kurang mampu
secara ekonomi untuk mendapat kesempatan tetapi hal itu sangat sedikit
dan hanya ditujukan kepada anak-anak yang sangat cerdas.
Sehingga
anak-anak yang tidak mampu secara ekonomi yang kurang cerdas latar
belakang lingkungannya yang sangat terbatas tidak mungkin sekolah di
RSBI/SBI.